Awaludin-Prabowo - Okezone Ilustrasi. (Foto: Okezone)
YOGYAKARTA - Melemahnya nilai Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak perlu ditanggapi dengan kepanikan. Sebab, ada pihak yang diuntungkan maupun dirugikan dengan naiknya kurs dolar AS yang sudah mencapai di kisaran Rp11.200 per USD.
?"Kalau soal kurs itu ada yang kena, ada yang tidak. Dan ada yang mendapat untung, ada yang dirugikan," kata mantan wakil Presiden Jusuf Kalla di Yogyakarta, kemarin.
JK memberi contoh orang yang diuntungkan seperti para pengusaha yang pendapatannya dengan dolar AS. Seperti pengusaha batu bara, kelapa sawit, udang, cokelat yang mengekspor barang tersebut ke luar negeri. Sehingga, pendapatannya bisa berlipat karena nilai dolar AS jika ditukar dengan Rupiah lebih mahal. "Ini yang mendapat untung," katanya.
Namun, ada juga yang dirugikan dengan melemahnya Rupiah terhadap dolar AS. Seperti orang yang memiliki usaha karena bahan utamanya impor dari luar negeri. JK memberi contoh bagi pembuat tempe maupun tahu.
"Para pembuat tempe itu dirugikan karena kedelai yang dipakai memproduksi diperoleh secara impor. Bagi petani kedelai diuntungkan karena hasilnya terjual lebih mahal," katanya.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu menegaskan kurs dolar AS saat ini tidak terlalu buruk bagi negara. Dia melihat naiknya kurs dolar AS justru bisa menstabilkan ekspor impor di Indonesia. "Melemahnya Rupiah malah bisa menstabilkan kembali ekspor impor," katanya.
Saat disinggung nilai dolar AS apakah bisa turun pada level Rp 9 ribu. JK justru mengharapkan tidak turun jauh. Sebab, produk impor dari China bisa merusak produk dalam negeri. "Kalau USD1 pada kisaran Rp 10.000 tidak masalah, kalau turun lagi nanti orang memilih produk China, tidak mau beli produk Bandung," bebernya.
JK melihat melemahnya nilai Rupiah ini karena defisit perdagangan. Artinya lebih banyak impor dari ekspor sehingga perlu dibalik. Masalah yang dihadapi pengrajin tempe karena bahan produksinya dari luar negeri.
"Solusinya pemerintah harus menyubsidi kedelai supaya tidak mahal bagi pembuat tempe. Subsidi kedelai ini jauh lebih murah dari pada menyubsidi dolar AS," katanya. ()