Jakarta -- Pemerintah telah mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin virus corona atau covid-19 ke Indonesia pada pekan lalu. Vaksin itu diimpor dari Sinovac, perusahaan farmasi China yang bekerja sama dengan pemerintah dalam pengadaan vaksin.
Sayangnya, vaksin itu tak serta merta bisa didapat masyarakat secara umum. Selain karena jumlahnya yang masih terbatas, vaksin itu juga diberikan secara prioritas.
Kalangan yang bakal mendapat vaksin lebih dulu adalah para tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam penanganan covid-19. Selain itu, juga akan diutamakan bagi para pelayan publik, seperti pekerja bandara/pelabuhan, TNI/Polri, Satpol PP, hingga aparat hukum.
Bila sudah ada lebih banyak, barulah vaksin gratis akan diberikan ke peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Sementara kalangan masyarakat yang tidak masuk dalam tiga kategori itu, rencananya akan diberi vaksin secara mandiri alias bayar sendiri atau tidak gratis.
Dari rencana ini, Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Agustina Fitria mewanti-wanti agar masyarakat mulai menyiapkan dana untuk kebutuhan vaksin. Khususnya, mereka yang tidak masuk kategori prioritas, namun merupakan kelompok produktif dengan usia 18 tahun sampai 59 tahun.
"Ada baiknya di tengah pandemi ini turut menyiapkan dana untuk vaksin mandiri bila memang ada dananya. Kalau tidak ada, bisa diusahakan mengingat masih ada waktu sampai vaksin benar-benar tersedia di masyarakat," kata Agustina kepada CNNIndonesia.com, Jumat (11/12).
Berikut beberapa tip menyiapkan dana vaksin mandiri.
1. Hitung Kebutuhan
Agustina bilang hal pertama yang perlu dilakukan dalam menyiapkan dana vaksin adalah menghitung kebutuhan vaksin di dalam keluarga. Misalnya saat ini vaksin ditujukan untuk usia produktif, maka dalam suatu keluarga kecil minimal suami dan istri atau ayah dan ibu yang perlu mendapat alokasi dana vaksin lebih dulu.
"Kalau anak sudah masuk usia sasaran vaksin, maka tinggal dihitung juga, misal suami, istri, dan anak. Begitu juga dengan orang tua, jadi tinggal dihitung saja berapa banyak kebutuhan vaksinnya," ucapnya.
Setelah jumlah anggota keluarga terhitung, jangan lupa kalikan dua. Sebab, masing-masing orang perlu dua dosis.
Bila jumlah anggota keluarga yang akan divaksin lima orang, yaitu suami, istri, anak, dan dua orang tua, maka diperlukan 10 dosis. Jangan lupa masukkan asisten rumah tangga, supir, dan pihak-pihak lain yang tinggal serumah jika perlu ikut dibiayai.
2. Hitung Dana
Dari kebutuhan vaksin, lalu hitunglah kebutuhan dana. Saat ini, rata-rata estimasi harga vaksin covid-19 yang akan ada di Indonesia berada di kisaran US$5 hingga US$20 per dosis.
Dengan acuan kurs Rp14.100 per dolar AS, maka harga vaksin kemungkinan berkisar Rp70.500 sampai Rp282 ribu per dosis. Agustina bilang ambil saja estimasi tertinggi misal Rp300 ribu per dosis.
Maka dengan kebutuhan 10 dosis vaksin akan dibutuhkan dana mencapai Rp3 juta. Di sisi lain, Agustina mengingatkan agar masyarakat juga mengalokasikan dana cadangan sebagai dana pendukung vaksinasi, misalnya transportasi, akomodasi jika diperlukan, hingga kemungkinan pertambahan harga karena inflasi.
3. Tentukan Sumber Pengeluaran
Selanjutnya, tentukan sumber pengeluaran. Menurutnya, masyarakat seharusnya bisa mengalokasikan tabungan khusus untuk vaksin mengingat pemerintah belum didistribusikan secara massal ke masyarakat.
"Jadi masih ada waktu, bisa dari sekarang disiapkan sumber khusus," imbuhnya.
Kalau tidak, kebutuhan dana vaksin juga bisa menggunakan alokasi dana tahunan mengingat pengeluaran vaksin mungkin akan dijeda dari dosis pertama ke kedua dalam beberapa bulan.
"Ini masuk kategori pengeluaran tahunan, jadi bisa pakai THR misalnya atau bonus tahunan kantor, itu bisa jadi sumber dana khusus. Apalagi kalau kebetulan tidak mudik karena pandemi, alokasinya bisa untuk vaksin," terangnya.
Cara lain, dengan mengalokasikan gaji bulanan. Bila sumber pemasukan tidak mencukupi, maka boleh pakai dana darurat yang sebelumnya sudah disiapkan.
Begitu juga dengan tabungan. "Ini case by case, misal sudah tidak dapat THR atau sudah terlanjur dipakai, bonus tidak ada, jualan lagi sepi, gaji ngepas, ya bisa pakai dana darurat dan tabungannya karena ini nanti jadi pengeluaran yang penting juga," tuturnya.
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andi Nugroho mengatakan penggunaan dana dari pos dana darurat sah-sah saja karena pengeluaran vaksin selama ini bukan pengeluaran rutin yang biasa dipenuhi oleh gaji bulanan.
"Kalau dana darurat tidak cukup atau sayang digunakan, maka bisa pangkas budget untuk kebutuhan sekunder dan tersier, misal untuk jalan-jalan, belanja, itu dipotong dulu pengeluarannya, dihemat untuk tabungan vaksin," jelas Andi.
Sumber : cnnindonesia.com