Beda Skema Perdagangan Bebas RI-Korsel dalam IK-CEPA dan RCEP
27 Desember 2020, 09:00:00 Dilihat: 674x
Jakarta -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjelaskan perbedaan perjanjian perdagangan bebas Indonesia dengan Korea Selatan melalui Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menyatakan IK-CEPA merupakan perjanjian bilateral atau hanya antar dua negara, yakni Indonesia dan Korea Selatan. Sementara, RCEP merupakan perjanjian perdagangan bebas antar 15 negara, termasuk Indonesia dan Korea Selatan.
"Kalau RCEP multi-parties. Tentu Indonesia harus hati-hati. IK-CEPA sifatnya bilateral," ucap Iman dalam konferensi pers, Jumat (18/12).
Kemudian, tingkat eliminasi pos tarif dalam RCEP dan IK-CEPA juga berbeda. Dalam IK-CEPA, Indonesia mengeliminasi 92,06 persen pos tarifnya dan Korea Selatan mengeliminasi hingga 95,54 persen pos tarifnya.
Beberapa produk Indonesia yang tarifnya dieliminasi oleh Korea Selatan adalah bahan baku minyak pelumas, stearic acid, pakaian, blackboard, buah-buahan kering, dan rumput laut. Lalu, Indonesia akan mengeliminasi tarif untuk beberapa produk Korea Selatan, seperti gear box of vehicle, ball bearings, paving, hearth, unglazed.
"Sementara tingkat eliminasi di RCEP itu 91 persen untuk Indonesia dari total tarif. Jadi, tingkat kedalamannya berbeda," ujar.
Sebagai informasi, perjanjian IK-CEPA antara Indonesia dan Korea Selatan resmi ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi (MOTIE) Korea Selatan Sung Yun-mo hari ini.
Sementara, perjanjian RCEP resmi diteken pada Minggu (15/11) lalu. Penandatanganan dilakukan di Istana Bogor oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Agus di sela-sela KTT ASEAN ke-37.
Negara-negara yang tergabung dalam RCEP memiliki pangsa pasar 29,6 persen penduduk dunia dan 29 persen Produk Domestik Bruto dunia. Dengan potensi itu, pemerintah optimistis bisnis akan terkonsentrasi di Asia Timur.
Sumber : cnnindonesia.com