Ini Saham-saham yang Cocok Trading Saat IHSG Tumbang
16 Maret 2021, 09:00:00 Dilihat: 424x
Jakarta - Tahun 2020 menjadi momen penting bagi bursa saham nasional karena banyaknya investor dan trader pemula yang masuk untuk memulai berinvestasi dan bertransaksi saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun akibat dampak pandemi Covid-19.
Data BEI mencatat, sepanjang tahun 2020, IHSG mencapai level terendah yang terjadi pada 24 Maret 2020 ketika virus Covid-19 mulai masuk pertama kali ke Indonesia. IHSG ambles ke level 3.937 atau turun minus 37,5% dibanding penutupan perdagangan tahun 2019.
Adapun perdagangan terakhir di Rabu 30 Desember 2020, IHSG akhirnya ditutup turun 0,95% di level 5.979,07. Secara year to date IHSG terkoreksi 5,13%, kendati secara 6 bulan terakhir melesat 19,8% pada akhir tahun lalu.
Tahun ini, IHSG mulai pulih. Data BEI mencatat, secara year to date (ytd) IHSG naik 6,09% hingga perdagangan sesi I Jumat ini (12/3).
Sebelumnya, banyak juga saham yang harganya naik gila-gilaan, misalnya dari sektor farmasi yang sejak bulan-bulan terakhir tahun lalu melesat didorong sentimen vaksinasi. Namun, di awal tahun ini harganya sudah mulai kembali turun dan normal.
Profesional trader Linda Lee menilai saham blue chip atau saham papan atas lebih bisa menjadi andalan di tengah situasi yang tak pasti ini.
Pasalnya, meski ada penurunan, namun peluang untuk kembali rebound naik terbuka lebar karena kualitas dari perusahaan tersebut yang dikenal baik. Berbeda dengan saham second liner (lapis kedua) atau third liner (lapis ketiga) yang kualitasnya dinilai di bawah saham blue chip.
"Karena pegang third liner dan money management amburadul, entar engga bisa makan, hidupnya engga enak juga, udah IHSG turun, pandemi. Jadi saya pilihnya yang gampang-gampang aja pegang [saham] blue chip, Kalau pegang merah pun turun tetap tenang. Tahun lalu blue chip jatuh dalam pun akan bangkit lagi," katanya dalam Investime, Rabu (12/3/21).
Selain saham blue chip, ada juga saham yang memiliki daya tarik kuat yakni dari bank mini atau bank dengan modal inti Rp 1-5 triliun.
Aksi beli yang ramai dilakukan investor membuat saham-saham bank bermodal mini cepat meroket. Hal ini terjadi lantaran ada spekulasi masuknya investor luar untuk mencaplok bank-bank tersebut, terutama dari induk Shopee, Sea Group, dan investor Grab.
Bahkan, BEI sempat menghentikan perdagangan saham tujuh bank mini yakni PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI), PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS), dan PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS).
"Bank-bank kecil lagi lari, tapi bank gede ada masanya lari, jadi kita perlu tenang kalau pengen nyicip yang kecil nyicip aja gitu, kalau emang mau. Kalau engga mau cenderung bank gede ngga salah juga. Yang penting kita pegang fundamentalnya bagus, banknya masih ada, masih ramai dan menghasilkan profit, ya udah nanti ada gilirannya kok (naik lagi)," sebut Linda.
Sebagai informasi, mengutip MNC Sekuritas, saham blue chip atau saham lapis satu merupakan jenis saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, mencapai di atas Rp 10 triliun.
Istilah blue chip awalnya berasal dari permainan poker. Dalam permainan poker, keping koin (chip) berwarna biru memiliki nilai tertinggi dibandingkan warna merah dan putih. Istilah blue chip dipakai dan dikenal secara luas di dunia saham setelah diperkenalkan oleh Oliver Gingold, pegawai di Dow Jones tahun 1923.
Sumber : cnbcindonesia.com