Gak Mempan Hitung Bank Digital Pakai PBV, Terus Pakai Apa?
26 Maret 2021, 09:00:00 Dilihat: 504x
Jakarta - Belakangan ini banyak saham-saham yang melesat kencang, sebagian pelaku pasar tampak tidak peduli terhadap rasio harga saham terhadap laba atau PER (price to earning ratio) dan rasio nilai harga terhadap nilai buku alias PBV (price to book value), terutama untuk saham-saham bank digital.
Benarkah demikian, apa solusinya saat ini untuk menghitung valuasi suatu saham bank digital?
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta menjelaskan dalam menentukan investasi suatu emiten dalam rangka mengelola portofolio sebenarnya bersifat multidisipliner. Bisa diartikan, bisa dihitung dengan campuran metode.
"Kalau dari analisis, bukan hanya dari fundamental, tapi juga teknikal. Bahkan psikologis seperti risk management dan risk trading ini sangat penting," ujarnya, dalam program InvesTime, dikutip Jumat (19/3/2021).
Melihat kinerja bank mini yang menjadi bank digital, kata Nafan rata-rata memiliki PBV yang sangat tinggi. Hal tersebut membuat harga saham mahal dan masih menunjukkan potensi uptrend.
"Jadi kuncinya jika PBV atau PER tinggi, atau dianggap mahal, lebih baik dari teknikal. Mencermati kalau misal pergerakan harga saham yang sudah terkoreksi dari menyentuh garis multi average, dari minimal 10, 120, dan 200 itu bisa dijadikan patokan dalam menentukan eksekusi akumulasi," jelas Nafan.
Selain dari sisi teknikal, para investor juga bisa melihat dari sisi prospek bank digital tersebut secara jangka panjang seperti apa. Dengan adanya transformasi perbankan menjadi bank digital, tentunya ini juga berpotensi meningkatkan kinerja perusahaan.
Bisa juga, menurut Nafan, dengan melihat dari siapa dibalik bank digital itu sendiri. Jika dibaliknya ada perusahaan besar, itu salah bentuk komitmen bank digital tersebut dalam good governance dan berdampak positif.
"Kita melihat dari misalkan shareholder perusahaan besar, saya pikir ini komitmen dalam good governance itu bisa terbuka lebar akan memberikan dampak positif dari peningkatan fundamental yang lebih progresif dari perbankan mini," tutur Nafan.
Sebagai gambaran, PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara rule of thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.
Sedangkan PER juga merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya. Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.
Akan tetapi belakangan ini banyak saham-saham yang melesat kencang, di mana pasar tampaknya tidak perduli terhadap rasio PER dan PBV-nya mulai dari saham-saham bank digital, saham-saham emiten nikel, dan beberapa saham lain.
Sumber : cnbcindonesia.com