Bos Ethereum Bicara Soal Kejatuhan Harga Kripto, Tak Kaget!
31 Mei 2021, 09:00:00 Dilihat: 686x

Jakarta - Pada perdagangan kemarin, mayoritas koin digital di pasar kripto ambruk hingga mencapai puluhan persen. Jatuhnya crypto dalam beberapa hari terakhir telah mengejutkan investor di seluruh dunia.
Walaupun terjatuh, namun kekayaan para pendiri atau pencipta kripto hanya terkuras sedikit saja dan tak mau repot dengan hilangnya uang mereka.
Contohnya saja Vitalik Buterin, pencipta koin digital Ethereum, yang merelakan sebagian besar kekayaan pribadinya yang hilang akibat jatuhnya kripto, termasuk Ethereum.
Faktanya, ia mengatakan kepada CNN Business dalam sebuah wawancara eksklusif pada Selasa (18/5/2021) pagi bahwa dia yakin cryptocurrency sedang terjadi bubble. Dia menekankan, bagaimanapun, bahwa sangat sulit untuk memprediksi kapan bubble di kripto akan muncul.
"Bisa saja sudah berakhir, namun bisa juga belum berakhir, atau parahnya bisa berakhir berbulan-bulan dari sekarang." kata Buterin kepada CNN Business.
Pada perdagangan Rabu (19/5/2021), Ether (Ethereum) ambruk hingga sekitar 40% ke level bawah US$ 1.900, berdasarkan data dari Coinbase. Namun pada Kamis (20/5/2021) paginya, Ether berhasil rebound ke sekitar US$ 2.700. Walaupun berhasil rebound, namun Ether masih bisa dibilang turun tajam dari rekor tertingginya di level US$ 4.384 pada 11 Mei lalu.
Buterin adalah seorang programmer berdarah Rusia-Kanada yang sebenarnya sudah putus kuliah, namun ia menginisasinya dengan menciptakan koin digital Ether dan kini menjadi salah satu miliarder di kripto.
Nilai Ether di dompet digital Buterin yang diawasi ketat mencapai sekitar US$ 870 juta pada Kamis pagi, turun dari sekitar US$ 1,1 miliar dari perdagangan sehari sebelumnya.
Meskipun dia baru berusia 27 tahun, namun langkah Buterin di dunia kripto bukanlah hal yang baru. Ia adalah “veteran” di kripto atau sudah berkecimpung sebelum siklus boom-bust crypto di tahun ini.
"Saya sudah mengalami tiga kali masa bubble di kripto," kata Buterin yang ikut mendirikan Majalah Bitcoin pada tahun 2012.
Buterin memaparkan visinya untuk Ethereum pada tahun 2013. Dua tahun kemudian, Ethereum diluncurkan dan siapa sangka bahwa saat ini, koin digital dengan blockchain Ethereum tersebut menjadi cryptocurrency terbesar kedua setelah Bitcoin berdasarkan kapitalisasi pasarnya.
Berbeda dengan Bitcoin yang dipandang sebagai “emas digital, Ethereum adalah platform berbasis blockchain bagi pengembang untuk membangun dan mengoperasikan aplikasi, layaknya seperti Android atau iOS di kripto.
Pada akhir 2017, Buterin melakukan cuitan di Twitter yang mempertanyakan apakah ruang kripto benar-benar mendapatkan penilaian pasarnya, di mana pada saat itu, kripto baru saja melampaui setengah triliun dolar. Dia mencatat betapa sedikit yang benar-benar tercapai dan harga kripto pun segera merosot.
Tidak seperti saat itu, Buterin didorong oleh kemajuan "besar" yang dibuat oleh teknologi dan aplikasi dalam beberapa tahun terakhir.
Misalnya, aktivitas Ethereum telah meroket dalam beberapa bulan terakhir karena jaringanlah yang mendukung penjualan koin non-fungible (Non-fungible Token/NFT).
"Rasanya kripto hampir siap untuk menjadi pemeran utama dalam investasi dengan cara yang bahkan belum tercapai sejak empat tahun lalu," kata Buterin, dilansir dari CNN Business.
Namun pasar kripto, termasuk Ethereum masih memiliki masalah. Pertama, kripto sangatlah volatil, dan tentunya ini berbeda dengan pasar saham, terutama bagi investor ritel yang sudah terbiasa menaklukan pergerakan saham.
Kedua, beberapa miliarder tampaknya masih memperlakukan kripto sebagai mainan bahkan untuk senda gurau belaka. Pernyataan Elon Musk yang berulang-ulang melakukan aksi pump and pump di berbagai koin digital telah mengirimkan gelombang kejut di pasar kripto.
Pada Rabu (12/5/2021) lalu, CEO Tesla Elon Musk mengatakan bahwa ia telah menangguhkan Bitcoin sebagai alat pembayaran untuk membeli mobil Tesla, dikarenakan adanya dampak lingkungan yang serius seiring masifnya proses penambangan Bitcoin.
Buterin mengakuinya bahwa pasar kripto cenderung rentan terhadap peristiwa yang dapat mengganggu kinerjanya, di saat kripto sedang membangun kepercayaan investor.
"Tweet Elon Musk selalu saja membuat pasar bergerak semakin volatil. NamunsSaya berpikir bahwa pelaku pasar akan belajar dan Elon tidak akan lagi memiliki power yang dapat mempengaruhi pasar." kata Buterin.
Buterin Tak Mendukung Koin Digital “Shiba Inu” dkk
Koin digital yang juga berasal dari “meme anjing”, yakni Shiba Inu juga dibuat atas dasar lelucon yang memainkan Dogecoin, alias parodinya Dogecoin.
Shiba pun sempat ambruk pada pekan lalu, setelah Buterin menyumbangkan dana senilai US$ 1 miliar untuk dana bantuan Covid-19 di India. Aksi jual yang dilakukan di Shiba menandakan bahwa likuiditas di koin digital tersebut masih sangat kecil.
"Tantangan dengan koin anjing ini adalah pasarnya masih cukup tipis. Sebenarnya tidak ada cara untuk menjual satu miliar dolar koin Shiba dan mendapatkan lebih dari beberapa juta dolar." kata Buterin, sebagaimana yang diwartakan oleh CNN Business.
Buterin juga baru-baru ini mengumumkan rencana untuk melepas 90% kepemilikan di koin Shiba. Selama wawancara, Buterin menekankan bahwa dia tidak ingin ada orang yang sembarangan membuat koin untuk tujuan pemasaran yang caranya tidak baik.
"Saya tidak begitu tahu atau memahami banyak tentang proyek dari koin ini. Jadi, saya tidak dapat mendukung mereka. Saya melihat di dompet saya bahwa saya memiliki beberapa ribu dolar sesuatu yang disebut koin gratis. Saya tidak tahu apa itu koin gratis." tambahnya.
Tindakan keras dari tiga badan industri keuangan China yang melarang segala bentuk transaksi keuangan dengan menggunakan kripto juga memperberat kinerja kripto itu sendiri.
Lembaga keuangan, termasuk perbankan dan saluran pembayaran online dilarang menawarkan layanan apapun yang berkaitan dengan kripto kepada kliennya.
Layanan tersebut mencakup pendaftaran, perdagangan kliring, penyelesaian, dan penukaran ke uang fiat. Adapun tiga badan industri keuangan tersebut yakni Asosiasi Keuangan Internet Nasional China, Asosiasi Perbankan China, dan Asosiasi Pembayaran dan Kliring China.
Berbicara di hadapan kabar tersebut, Buterin mengakui bahwa regulasi pemerintah selalu menjadi perhatian, meskipun ketakutan akan larangan langsung telah memudar.
"Tampaknya jauh lebih sulit dan jauh lebih tidak realistis untuk melakukan hal seperti itu. Pada saat yang sama, pemerintah memiliki banyak kekuatan untuk membuatnya lebih menyakitkan untuk berpartisipasi di sektor kripto." kata Buterin.
Meskipun blockchain sifatnya terdesentralisasi dan pemerintah tidak dapat sepenuhnya menghilangkan kripto, namun pemerintah dapat memblokir atau membatasi akses kripto.
"Penting untuk mendengarkan regulator dan mencoba melakukan yang terbaik untuk mengatasi kekhawatiran," lanjut Buterin.
Buterin yakin bahwa biaya Ethereum akan jatuh
Pada Februari lalu, Miliarder sekaligus pemilik klub basket AS Mark Cuban mengeluh kepada The Defiant bahwa Ethereum dibatasi oleh biaya transaksi yang "konyol" dan masalah yang menghambat pertumbuhannya.
Buterin mengakui bahwa biaya transaksi Ethereum tergolong sangat tinggi, di mana blockchain Ethereum hanya dapat memproses antara 20 hingga 50 transaksi per detik, meskipun permintaan sangat tinggi.
Tapi dia sangat yakin bahwa biayanya akan turun karena perubahan teknis besar yang sedang berlangsung dan akan memungkinkannya meningkat dengan cepat.
Ethereum akan beralih dari algoritma asli dalam teknologi blockchain Proof of Work, menuju konsep yang lebih baru yang disebut Proof of Stake.
Masalah Lingkungan
Pada saat yang sama, peralihan ke bukti kepemilikan akan memungkinkan Ethereum untuk memotong penggunaan energinya antara 1.000 dan 10.000 kali.
"Kami beralih dari mengonsumsi energi yang sama sebagai negara menengah menjadi mengonsumsi energi yang sama dengan desa," kata Buterin.
"Saya yakin [kekhawatiran itu] nyata, di mana konsumsi sumber daya benar-benar besar. Namun hal ini bukan hal yang akan menghancurkan dunia dengan sendirinya, tetapi jelas merupakan kerugian yang signifikan." tambahnya.
Buterin menambahkan bahwa masalah lingkungan yang timbul bukan hanya konsumsi daya yang besar dari penambang Bitcoin, tetapi juga perlu perangkat keras atau komponen komputer yang spec-nya cukup tinggi melakukan penambangan.
Itu sebabnya Buterin mengatakan akan ada lebih banyak seruan dalam komunitas Bitcoin yang akan beralih ke metode hybrid dan tentunya terus berkembang dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
"Jika bitcoin bertahan dengan teknologinya persis seperti saat ini, maka akan ada risiko besar, yakni ia akan ditinggalkan oleh investornya." katanya, dilansir dari CNN Business.
Sumber : cnbcindonesia.com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.